Senin, 14 November 2016

Filled Under:

Restorasi Kedisiplinan dan Kedinamisan Produksi untuk Proyeksi Kekuatan Perekonomian Indonesia Nomor Wahid di Dunia

03.53.00

By: Nur Fitroh Febrianto

Capitalism doesn’t permit an even flow of econoic resouces. With the system, a small privileged few are rich beyond conscience, and almost all olthers are dooomed to be poor at some level. That’s the way the system works. And since we know that the system will not change the rules, we are going to have to change the system (Marthin Luther King, 1929)

            Dekonstruksi motivasi kerja yang menjangkit para pelaku faktor produksi adalah salah satu amsal yang menyebabkan turunnya produktivitas dalam suatu negara, khususnya Indonesia. Padahal, motivasi sebagaimana diungkapkan Wursanto (1988: 132) adalah alasan, dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan manusia melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu. Menurut data dari Indeks Pembangunan Manusia yang dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP) yang diukur melalui dimensi umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, serta standar hidup layak pada tahun 2013, Indonesia berada di peringkat 111 dari 182 negara. Hal ini dapat disimpulkan bahwa umur manusia, pengetahuan, dan hidup layak di Indonesia sangatlah rendah bila dibandingkan dengan Brunei Darussalam (30) serta Malaysia (64).

            Berbagai faktor yang melatarbelakanginya mulai dari kurangnya pemberian insentif terhadap pegawai yang memiliki kedisiplinan tinggi dalam bekerja, serta sikap kepemimpinan yang kurang loyal terhadap karyawan. Permasalahan tersebut merupakan permasalah terhadapat restorasi kedisiplinan dan keinamisan produksi, hal ini membuat kita bertanya apakah Indonesia tidak ingin menjadi bangsa besar? Ataukah ada sikap individualisme dalam perkembangan perekonomian kita?

Restorasi Kedisiplinan dan Kedinamisan

Marthin Luther King merupakan pastor dan aktivis HAM dari Amerika Serikat. Dalam kesempatannya, ia mengatakan bahwa kapitalisme tidak memiliki sebuah aliran sumber ekonomi yang tetap sehingga seseorang yang menganut sistem tersebut akan mengalami kemiskinan yang sama dan yang semakin kaya akan semakin kaya.

Hal ini sesuai dengan Dr. Rizal Ramli, mantan menteri koordinator perekonomian di era Gus Dur pernah berkata: “Masalah ekonomi Indonesia sudah terlalu ruwet dan ribet, tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara konvensional. Harus dengan terobosan-terobosan baru”.

Kedisiplinan dan kedinamisan dalam produksi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas suatu negara. Cara untuk mencapai produktivitas tidak hanya dengan cara meningkatkan kedisiplinan dan kedinamisan produksi, akan tetapi sistem yang dianut juga. Ini karena ketika produktivitas pada titik maksimal, maka produktivitas tersebut hanya milik beberapa orang dan akan memiskinkan sebagian besar orang.

Proyeksi Perekonomian Nomor Wahid

Indonesia adalah negara agraris sekaligus negara maritim yang kaya akan beragam macam sumber daya alam yang ada di seluruh penjuru nusantara. Kekayaan alam dan jumlah penduduk yang melimpah dapat dikembangkan menjadi modal pembangunan dimasa depan.  Berdasarkan data dari CIA (Central Intelligence Agency) World Factbook pada tahun 2015, jumlah penduduk (populasi) Indonesia telah menempatkan pada urutan peringkat 4 dari 195 negara yang ada di dunia. Kondisi ini akan membaik jika pengelolaan SDM yang terkoordiansi dengan baik sehingga dapat memberikan output bagi pembangunan bangsa. Akan tetapi, kondisi ini akan semakin memburuk jika program pembangunan yang disiapkan pemerintah tidak mampu menyentuh seluruh masyarakat. Di lain sisi, kemiskinan yang tejadi di Indonesia berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistik) pada Bulan September tahun 2013 sejumlah 28,55 Juta orang. Hal ini akan semakin diperparah dengan adanya pemberlakuan Asean Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean yang telah dimulai pada awal tahun 2015 yang menuntut adanya liberalisasi arus barang dan jasa terhadap masing-masing sektor, baik individu maupun negara.
            
Tantangan tersebut merupakan sebuah pilihan bagi Indonesia. Indonesia akan maju jika dapat menangkap peluang yang dapat dijadikan sebagai kekuatan seperti peningkatan ekspor sehingga menaikkan neraca perdagangan Indonesia dan cadangan devisa negara. Akan tetapi, merupakan sebuah ketakutan bagi Indonesia jika masyarakat Indonesia tidak dapat menangkap peluang-peluang yang ada.

Oleh karena itu, melalui restorasi inilah diharapkan produktivitas akan meningkat dan dengan produktivitas tersebut akan menjadikan Indonesia akan semakin maju dan mejadi negara yang kuat serta mandiri dibidang perekonomian.  

0 komentar:

Posting Komentar