By: Nur Fitroh Febrianto
Capitalism
doesn’t permit an even flow of econoic resouces. With the system, a small
privileged few are rich beyond conscience, and almost all olthers are dooomed
to be poor at some level. That’s the way the system works. And since we know
that the system will not change the rules, we are going to have to change the
system (Marthin Luther King, 1929)
Dekonstruksi
motivasi kerja yang menjangkit para pelaku faktor produksi adalah salah satu
amsal yang menyebabkan turunnya produktivitas dalam suatu negara, khususnya
Indonesia. Padahal, motivasi sebagaimana diungkapkan Wursanto (1988: 132)
adalah alasan, dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan manusia
melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu. Menurut data dari Indeks Pembangunan
Manusia yang dilakukan oleh United Nations
Development Programme (UNDP) yang diukur melalui dimensi umur panjang dan
hidup sehat, pengetahuan, serta standar hidup layak pada tahun 2013, Indonesia
berada di peringkat 111 dari 182 negara. Hal ini dapat disimpulkan bahwa umur
manusia, pengetahuan, dan hidup layak di Indonesia sangatlah rendah bila
dibandingkan dengan Brunei Darussalam (30) serta Malaysia (64).
Berbagai
faktor yang melatarbelakanginya mulai dari kurangnya pemberian insentif
terhadap pegawai yang memiliki kedisiplinan tinggi dalam bekerja, serta sikap
kepemimpinan yang kurang loyal terhadap karyawan. Permasalahan tersebut merupakan
permasalah terhadapat restorasi kedisiplinan dan keinamisan produksi, hal ini
membuat kita bertanya apakah Indonesia tidak ingin menjadi bangsa besar? Ataukah
ada sikap individualisme dalam perkembangan perekonomian kita?
Restorasi
Kedisiplinan dan Kedinamisan
Marthin Luther King merupakan pastor dan aktivis HAM
dari Amerika Serikat. Dalam kesempatannya, ia mengatakan bahwa kapitalisme
tidak memiliki sebuah aliran sumber ekonomi yang tetap sehingga seseorang yang
menganut sistem tersebut akan mengalami kemiskinan yang sama dan yang semakin
kaya akan semakin kaya.
Hal ini sesuai dengan Dr. Rizal Ramli, mantan
menteri koordinator perekonomian di era Gus Dur pernah berkata: “Masalah
ekonomi Indonesia sudah terlalu ruwet dan ribet, tidak bisa diselesaikan dengan
cara-cara konvensional. Harus dengan terobosan-terobosan baru”.
Kedisiplinan dan kedinamisan dalam produksi
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas suatu negara. Cara
untuk mencapai produktivitas tidak hanya dengan cara meningkatkan kedisiplinan
dan kedinamisan produksi, akan tetapi sistem yang dianut juga. Ini karena
ketika produktivitas pada titik maksimal, maka produktivitas tersebut hanya
milik beberapa orang dan akan memiskinkan sebagian besar orang.
Proyeksi
Perekonomian Nomor Wahid
Indonesia adalah negara agraris sekaligus negara
maritim yang kaya akan beragam macam sumber daya alam yang ada di seluruh
penjuru nusantara. Kekayaan alam dan jumlah penduduk yang melimpah dapat
dikembangkan menjadi modal pembangunan dimasa depan. Berdasarkan data dari CIA (Central Intelligence Agency) World Factbook pada tahun 2015, jumlah penduduk (populasi) Indonesia
telah menempatkan pada urutan peringkat 4 dari 195 negara yang ada di dunia.
Kondisi ini akan membaik jika pengelolaan SDM yang terkoordiansi dengan baik
sehingga dapat memberikan output bagi pembangunan bangsa. Akan tetapi, kondisi
ini akan semakin memburuk jika program pembangunan yang disiapkan pemerintah
tidak mampu menyentuh seluruh masyarakat. Di lain sisi, kemiskinan yang tejadi
di Indonesia berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistik) pada Bulan September
tahun 2013 sejumlah 28,55 Juta orang. Hal ini akan semakin diperparah dengan
adanya pemberlakuan Asean Economic
Community (AEC)
atau Masyarakat Ekonomi Asean yang telah dimulai pada awal tahun 2015 yang
menuntut adanya liberalisasi arus barang dan jasa terhadap masing-masing
sektor, baik individu maupun negara.
Tantangan tersebut merupakan sebuah
pilihan bagi Indonesia. Indonesia akan maju jika dapat menangkap peluang yang
dapat dijadikan sebagai kekuatan seperti peningkatan ekspor sehingga menaikkan
neraca perdagangan Indonesia dan cadangan devisa negara. Akan tetapi, merupakan
sebuah ketakutan bagi Indonesia jika masyarakat Indonesia tidak dapat menangkap
peluang-peluang yang ada.
Oleh karena itu,
melalui restorasi inilah diharapkan produktivitas akan meningkat dan dengan
produktivitas tersebut akan menjadikan Indonesia akan semakin maju dan mejadi
negara yang kuat serta mandiri dibidang perekonomian.
0 komentar:
Posting Komentar