By: Nur Fitroh Febrianto
Kondisi perekonomian merupakan indikator utama dalam mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Sebuah negara akan dipandang sebagai negara yang sejahtera manakala memimiliki sistem ekonomi yang mampu mreningatkan pendapatan nasionalnya. Ekonomi Islam memiliki peranan yang cukup andil terhadap menentukan kegiatan ekonomi suatu negara (makro). Hal ini dapat dibuktikan dengan grafik perkembangan industri jasa keuangan non bank (IKNB) pada tahun 2010 hingga 2014.
Sumber
Data: Buku Road Map OJK IKNB SYARIAH 2015-2019
Selama
ini terdapat tiga model pendekatan yang digunakan para ekonom dalam mengukur
tingkat keseimbangan, akan tetapi akhir-akhir ini yang paling banyak adalah
Sintesis Klasik-Keynesian dengan model analisis IS-LM dengan menjadikan
variabel bunga sebagai indikator utama.
Model
keseimbangan ini tidaklah relevan jika dijadikan rujukan dalam ekonomi Islam.
Hal ini karena prinsip syariah melarang praktik bunga dalam ekonomi. Terlebih
lagi jika yang ditunjukkan oleh ketidak-konsistenan definisi dan peran bunga
dalam pasar. Keseimbangan pasar barang dan pasar uang konvesional dengan Islam
terdapat pada suku bunga dan bagi hasil. Semakin tinggi rasio profit sharing, maka tingkat investasi
semakin tinggi. Sebaliknya, jika rasio profit
sharing rendah, maka tingkat investasi semakin rendah.
Dalam
ekonomi konvensional, instrumen suku bunga dalam pasar barang menjadi faktor
penentu besaran investasi. Berbeda dengan ekonomi Islam, suku bunga diganti
dengan besaran bagi hasl, sehingga insentif dalam melakukan investasi adalah
besaran bagi hasil. Semakin besar bagian bagi hasil yang akan diterima oleh
investor, akan meningkatkan motivasi untuk semakin berinvestasi.
Dalam
permintaan uang, seorang muslim memiliki motif utama dalam memegang uang,
yaitu: transaksi dan motif berjaga-jaga. Sehingga tujuan spekulasi dalam
ekonomi Islam tidak ditemukan dalam seorang muslim. Besarnya persediaan uang
tunai akan berhubungan dengan tingkat pendapatan dan frekuensi pengeluaran.
Selain dipengaruhi oleh tingkat pendapatan seseorang, permintaan uang dalam
ekonomi Islam juga tergantung pada ekspektasi
return dari financial asset. Ekspektasi return
yang tinggi dari aset finansial menyebabkan uang menjadi kurang bermanfaat jika
uang hanya dipegang dan tidak diinvestasikan.
Meski
demikian, terdapat motif altruistic yaiu permintaan uang yang dimaksudkan untuk
pinjaman kebaikan atau qardhul hasan.
Dampak
kebijakan fiskal pada pengeluaran pemerintah terhadap keseimbangan kurva IS-LM
Ferry
Prasetyia dalam Journal of Indonesian
Applied Economics dengan judul “Rekonstruksi Sistem Fiskal Nasional dalam
Bingkai Konstitusi”menyatakan bahwa dalam perspektif teoritis, kebijakan fiskal
merupakan kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap penerimaan
dan pengeluaran untuk mencapai tujuan seperti pertmbuhan ekonomi dan stabilitas
perekonomian secara umum. Adanya dua instrumen utama yang digunakan dalam
kebijakan fiskal yaitu penerimaan dan pengeluaran negara, menunjukkan bahwa
kebijakan fiskal sangat erat kaitannya dengan target keuangan negara/anggaran
yang ingin dicapai.Perubahan tingkat dan komposisi anggaran pemerintah baik
pajak maupun pengeluaran pemerintah, dapat mempengaruhi varieble-variable
permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi, pola persebaran sumber daya,
dan distribusi pendapatan
Dalam The General Theory,Keynes menyatakan
bahwa pendapatan total perekonomian, dalam jangka pendek, sangat ditentukan
oleh keinginan rumah tangga, perusahaan, dan pemerntah untuk membelanjakan
pendapatannya.
Kenaikan
belanja pemerintah mempunyai dampak pengganda (multiplied effect) terhadap pendapatan karena menurut fungsi
konsumsi C = C (Y-T), pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang
lebih tinggi, ketika kenaikan belanja pemerintah meningkatkan pendapatan, itu
jga meningkatkan konsumsi, yang selanjutnya meningkatkan pendapatan, kemudian
meningkatkan konsumsi, dan seterusnya.
Perubahan-perubahan
kebijakan fiskal yang meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa akan
menggeser kurva IS ke kanan, perubahan-perubahan kebijakan fiskal yang
mengurangi permintaan terhadap barang dan jasa akan menggeser kurva IS ke kiri.
Dari
kurva IS-LM dapat dijelaskan bahwa penurunan belanja pemerintah dan kenaikan
suku bunga menyebabkan output turun. Sehingga penurunan output dapat berdampak
pada tingkat pertumbuhan ekonomi.
0 komentar:
Posting Komentar