Senin, 14 November 2016

Filled Under:

Pandangan Ekonomi Islam dalam keseimbangan kurva IS-LM

19.24.00

By: Nur Fitroh Febrianto

Kondisi perekonomian merupakan indikator utama dalam mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Sebuah negara akan dipandang sebagai negara yang sejahtera manakala memimiliki sistem ekonomi yang mampu mreningatkan pendapatan nasionalnya. Ekonomi Islam memiliki peranan yang cukup andil terhadap menentukan kegiatan ekonomi suatu negara (makro). Hal ini dapat dibuktikan dengan grafik perkembangan industri jasa keuangan non bank (IKNB) pada tahun 2010 hingga 2014.


Sumber Data: Buku Road Map OJK IKNB SYARIAH 2015-2019

Selama ini terdapat tiga model pendekatan yang digunakan para ekonom dalam mengukur tingkat keseimbangan, akan tetapi akhir-akhir ini yang paling banyak adalah Sintesis Klasik-Keynesian dengan model analisis IS-LM dengan menjadikan variabel bunga sebagai indikator utama.

Model keseimbangan ini tidaklah relevan jika dijadikan rujukan dalam ekonomi Islam. Hal ini karena prinsip syariah melarang praktik bunga dalam ekonomi. Terlebih lagi jika yang ditunjukkan oleh ketidak-konsistenan definisi dan peran bunga dalam pasar. Keseimbangan pasar barang dan pasar uang konvesional dengan Islam terdapat pada suku bunga dan bagi hasil. Semakin tinggi rasio profit sharing, maka tingkat investasi semakin tinggi. Sebaliknya, jika rasio profit sharing rendah, maka tingkat investasi semakin rendah.

Dalam ekonomi konvensional, instrumen suku bunga dalam pasar barang menjadi faktor penentu besaran investasi. Berbeda dengan ekonomi Islam, suku bunga diganti dengan besaran bagi hasl, sehingga insentif dalam melakukan investasi adalah besaran bagi hasil. Semakin besar bagian bagi hasil yang akan diterima oleh investor, akan meningkatkan motivasi untuk semakin berinvestasi.

Dalam permintaan uang, seorang muslim memiliki motif utama dalam memegang uang, yaitu: transaksi dan motif berjaga-jaga. Sehingga tujuan spekulasi dalam ekonomi Islam tidak ditemukan dalam seorang muslim. Besarnya persediaan uang tunai akan berhubungan dengan tingkat pendapatan dan frekuensi pengeluaran. Selain dipengaruhi oleh tingkat pendapatan seseorang, permintaan uang dalam ekonomi Islam juga tergantung pada ekspektasi return  dari financial asset. Ekspektasi return yang tinggi dari aset finansial menyebabkan uang menjadi kurang bermanfaat jika uang hanya dipegang dan tidak diinvestasikan.

Meski demikian, terdapat motif altruistic  yaiu permintaan uang yang dimaksudkan untuk pinjaman kebaikan atau qardhul hasan.

Dampak kebijakan fiskal pada pengeluaran pemerintah terhadap keseimbangan kurva IS-LM

Ferry Prasetyia dalam Journal of Indonesian Applied Economics dengan judul “Rekonstruksi Sistem Fiskal Nasional dalam Bingkai Konstitusi”menyatakan bahwa dalam perspektif teoritis, kebijakan fiskal merupakan kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap penerimaan dan pengeluaran untuk mencapai tujuan seperti pertmbuhan ekonomi dan stabilitas perekonomian secara umum. Adanya dua instrumen utama yang digunakan dalam kebijakan fiskal yaitu penerimaan dan pengeluaran negara, menunjukkan bahwa kebijakan fiskal sangat erat kaitannya dengan target keuangan negara/anggaran yang ingin dicapai.Perubahan tingkat dan komposisi anggaran pemerintah baik pajak maupun pengeluaran pemerintah, dapat mempengaruhi varieble-variable permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi, pola persebaran sumber daya, dan distribusi pendapatan

Dalam The General Theory,Keynes menyatakan bahwa pendapatan total perekonomian, dalam jangka pendek, sangat ditentukan oleh keinginan rumah tangga, perusahaan, dan pemerntah untuk membelanjakan pendapatannya.

Kenaikan belanja pemerintah mempunyai dampak pengganda (multiplied effect) terhadap pendapatan karena menurut fungsi konsumsi C = C (Y-T), pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi, ketika kenaikan belanja pemerintah meningkatkan pendapatan, itu jga meningkatkan konsumsi, yang selanjutnya meningkatkan pendapatan, kemudian meningkatkan konsumsi, dan seterusnya.

Perubahan-perubahan kebijakan fiskal yang meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa akan menggeser kurva IS ke kanan, perubahan-perubahan kebijakan fiskal yang mengurangi permintaan terhadap barang dan jasa akan menggeser kurva IS ke kiri.

Dari kurva IS-LM dapat dijelaskan bahwa penurunan belanja pemerintah dan kenaikan suku bunga menyebabkan output turun. Sehingga penurunan output dapat berdampak pada tingkat pertumbuhan ekonomi.

0 komentar:

Posting Komentar